IA SELALU WASPADA, DAN TIDAK
MEMBIARKAN
ORANG LENGAH DAN ALPA
Keadaannya memang aneh. Dia lah yang dulunya
menjadi pembunuh kejam yang menggentarkan Kaum Muslimin dalam perang Uhud,
kemudian ia pula yang jadi komandan perang yang mengecutkan hari setiap
penentang Islam di belakang hari … !
Marilah kita ceriterakan kiaahnya dari bermula.
Tetapi dari permulaan yang mana, ya? Karena ia sendiri hampir tak tahu di mana
kehidupannya bermula, kecuali di hari itu, di mana ia bersalaman
dan berjabatan tangan dengan Rasulullah, berjanji dan bersumpah
setia ….
Kalau sekiranya ia mampu, ia ingin sekali
mengikia habis dari sejarah hidupnya semua periatiwa dan kejadian di hari-hari
dan tahun-tahun yang telah berlalu ….
Kalau begitu, marilah kita mulai saja dari
periatiwa yang mengesankannya . . . , saat-saat gemilang yang membahagiakan,
di mana kalbunya tunduk kepada Allah, jiwanya menemukan Sentuhan rahmat Allah
Maha Rahman, Tuhan yang daripadaNya datang segala rahmat karunia. Jiwanya
memancarkan kerinduan kepada Agama-Nya, kepada Rasul-Nya dan kepada keinginan
mempertaruhkan nyawa sebagai syahid dalam membela kebenaran guna menanggalkan
dan membuang jauh-jauh dari pundaknya semua dosa dan kekeliruannya di masa yang
lalu dalam mempertahankan yang bathil.
Di suatu hari ia melakukan dialog dengan dirinya
pribadi dan menggunakan fikiran sehat untuk merenungkan Agama baru, Yang
panji-panji kebenarannya selalu bertambah cemerlang hari demi hari, semakin
tinggi menjulang. Ia bermohon kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala yang
ghaib, kiranya Ia mengulurkan jalan petunjuk . . . , lalu bercahayalah ke
dalam hatinya keyakinan yang menggembirakan. Ia berkata kepada dirinya: “Demi
Allah, sungguh telah nyata bukti-buktinya … !